Sabtu, 23 Mei 2009

TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK
1. Pengertian
Teori Konvergensi Simbolik, yang dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok mahasiswa dari Universitas Minnesota (1960-1970), menemukan proses sharing fantasi. Jadi konsep Teori Konvergensi Simbolik adalah tema fantasi. Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti permainan kata-kata, cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok. Tema fantasi juga terfokus pada cerita suatu tokoh dengan karakter secara naratif. Setiap individu akan saling berbagi fantasi karena kesamaan pengalaman atau karena orang yang mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris yang baik. Suatu cerita, lelucon, atau permainan kata-kata yang sering terjadi dalam suatu kelompok tampaknya tidak bermakna apa-apa. Semuanya tidak memiliki efek dalam interaksi selanjutnya. Akan tetapi, kadang-kadang salah seorang dari anggota kelompok mengambil pesan tersebut kemudian membumbui cerita itu dan mungkin mendramatisi pesan dengan gaya cerita masing-masing. Dalam teori konvergensi simbolik, partisipasi ini dikenal dengan rantai fantasi dan saat hal itu terjadi, individu-individu tersebut telah berbagi kelompok fantasi.
Symbolic Convergence Theory (SCT) bisa juga disebut teori komunikasi umum. SCT menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba untuk memahami dari pengalaman yang umum, seperti keragaman kehidupan. Symbolic Convergence Theory adalah komunikasi umum teori karena menjelaskan bahwa fantasi-chaining oleh masyarakat umum tentang sebuah pengalaman yang memproduksi visi retorik dalam semua masyarakat.
2. Fungsi
Fungsi dari teori ini adalah menganalisa interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Kelompok di sini dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas, atau kelompok dalam sebuah pergaulan.
Ernest G Bormann dalam Communication and Organizations: an intepretive approach (Putnam and Pacanowsky, 1983: 110) menjelaskan konvergensi simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi drama-drama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkanvisiretorik.Sebuahvisiretorik merupakan sebuah pandangan berbagi, bagaimana sesuatu terjadi dan apakah mungkin terjadi? Bentuk impian merupakan asumsi pengetahuan kelompok yang didasarkan pada penciptaan strukturasi penguasaan realitas.
Tema-tema fantasi dan visi retorik terdiri atas karakter-karakter,alur cerita, skenario dan sanksi dari agen (induk organisasi).Karakter dapat berupa pahlawan,penjahat,atau hanya tokoh pelengkap saja. Alur cerita adalah aksi atau pengembangan cerita, sedangkan skenarionya merupakan latar setting-an, termasuk lokasi pelengkap dalam lingkungan sosiokultural. Sanksi agen adalah sumber yang melegitimasi cerita dan menjadi otoritas pada kredibilitas cerita.
Biasanya unsur ini diarahkan pada kepercayaan yang bersifat dogma. Sanksi agen biasanya berupa komitmen pada keadilan, demokrasi, bahkan agama. Stephen W Littlejohn dan Foss dalam Theories of Human Communication menambahkan bahwa cerita atau tema- tema fantasi diciptakan melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi (2008:165).
Dalam konvergensi simbolik dibutuhkan adanya visi retorik, saga, dan consciousness sustaining. Jadi jelas dalam membuat konvergensi simbolik tidak perlu komunikasi besar-besaran seperti layaknya promosi yang menghabiskan biaya. Cukup melalui kelompok kecil yang memiliki kredibilitas menyebarkan informasi ke masyarakat. Dari sanalah diciptakan cerita-cerita fantasi kenegaraan melalui sosok presiden, wakil presiden dan pejabat pemerintah. Mereka harus membawa saga-saga dalam cerita.
3. Aplikasi Teori
Contoh-contoh dari teori ini :
1. Dalam dunia politik Atau yang paling minim adalah tidak menggunakan hak suara (golput) saat pemilu. Sikap apatis tersebut adalah bentuk penolakan yang paling kentara oleh rakyat dalam menanggapi kondisi negara yang tidak jelas dengan dunia politik yang bobrok. Padahal seharusnya,melalui berbagai pesta demokrasi, rakyat dibuai dan diberikan fantasi-fantasi politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemilu politik, entah itu pemilu legislatif, presiden atau pemilihan kepala daerah, merupakan momen penting di mana semua mata tertuju pada keriaan tersebut dan panggung politik digelar dengan dramaturgi yang jelas dalam upaya perbaikan,kemajuan, dan kesejahteraan rakyat. Kenyataan menunjukkan sebaliknya. Para politisi bukan menciptakan fantasi yang menyejukkan,malah memuakkan: banyak kecurangan dalam kampanye,klaim tuntutan perhitungan suara ulang alasan tidak fairsampai kepada tindakan-tindakan kriminal dalam pemilu.
2. Dalam dunia seni
Bila kita menganggap fantasi itu ”omong kosong”,mungkin tidak akan ada karya-karya sastra,musik,dan film yang mampu membuai dan menciptakan fantasi di benak pemirsa,pendengar, dan pembaca.Berdasarkan insting sebagai organisme,manusia akan selalu berusaha keluar, menghindar dari tekanandanancamanpadadirinya. Wajar bila ada tekanan dan impitan hidup yang kian berat,banyak orang yang berusaha lari dari kenyataan yang ada. Sinetron( operasabun) merupakan media murah meriah yang mampu mengisi khayalan-khayalan yang ada di benak orang. Karena itu, terlepas pada adanya kepentingan ekonomi politik dan bias selebritas, penulis begitu menghargai kehadiran sinetron dan film di masyarakat sebagai penghibur dan penciptaan fantasi masyarakat.
Teori ini termasuk kedalam ranah Objektif karena orang lain atau manusia itu dianggap pasif dan dapat dikendalikan atau diarahkan.

2 komentar:

  1. kalo teori konvergensi saja apa ya artinya ?
    tanpa sombilok..

    BalasHapus
  2. kalau boleh tahu pake buku apa ya kak?

    BalasHapus